GUNUNG MERAPI
Awan panas berwarna hitam pekat bergumpal-gumpal terlihat tertiup ke arah barat daya. Awan panas yang meluncur ini disertai suara gemuruh seperti petir berulang kali. Suara gemuruh dapat terdengar hingga Jembatan Kali Gendol yang jaraknya lebih dari 10 kilometer dari puncak Merapi.
Namun, arah angin mulai bertiup ke arah Timur sehingga warga Klaten yang berada di kawasan rawan mulai waspada untuk berevakuasi. Berdasarkan pantauan radio komunitas pemantau Merapi Balerante, hujan abu deras terjadi di Magelang dan Muntilan dari malam hingga pagi ini.
Di lereng selatan dan timur dirasakan terjadi gempa vulkanik. Dentuman juga dilaporkan dapat terdengar di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Erupsi Merapi yang dapat dilihat dengan jelas ini menjadi tontonan warga. Ratusan warga terlihat di sepanjang jalan, jembatan, dan kantor balai desa untuk menonton fenomena alam ini.
Hingga kini, Keraton Yogyakarta belum memilih juru kunci Gunung Merapi pengganti Mbah Maridjan yang meninggal dunia akibat awan panas 'wedhus gembel' pada 26 Oktober lalu. Kini, ada satu nama yang disebut-sebut sebagai 'juru kunci' Merapi, yakni Doktor Surono.
Pria beruban dan berkacamata kelahira 8 Juli 1955 itu kini setiap hari muncul di layar kaca, media online, radio, hingga media cetak. Setiap pernyataannya selalu menjadi rujukan dan acuan bagi perkembangan detik demi detik perkembangan gunung di perbatasan Jawa Tengah-Yogyakarta yang kini masih berstatus Awas itu.
Gunung Merapi (2914 meter) hingga saat ini masih dianggap sebagai gunung berapi aktif dan paling berbahaya di Indonesia, namun menawarkan panorama dan atraksi alam yang indah dan menakjubkan. Secara geografis terletak di perbatasan Kabupaten Sleman (DIY), Kabupaten Magelang (Jateng), Kabupaten Boyolali (Jateng) dan Kabupaten Klaten (Jateng). Berjarak 30 Km ke arah utara Kota Yogyakarta, 27 Km ke arah Timur dari Kota Magelang, 20 Km ke arah barat dari Kota Boyolali dan 25 Km ke arah utara dari Kota Klaten.
Letak gunung merapi
Menurut Atlas Tropische Van Nederland lembar 21 (1938) terletak pada posisi geografi 7 derajad 32.5' Lintang Selatan dan 110 derajad 26.5' Bujur Timur. Dengan ketinggian 2914 m diatas permukaan air laut. Berada pada titik persilangan sesar Transversal perbatasan DIY dan Jawa Tengah serta sesar Longitudinal lintas Jawa (lihat Triyoga Lucas Sasongko 1990, Manusia Jawa & Gunung Merapi Persepsi dan Sistem Kepercayaanya, Gadjahmada Univ. Press). Meletus lebih dari 37 kali, terbesar pada tahun 1972 yang menewaskan 3000 jiwa. Terakhir meletus pada Selasa Kliwon tanggal 22 November 1994, dengan korban tewas lebih dari 50 orang